Musibah atau Berkah ?

Saat sedang ditimpa masalah, musibah atau berkah?

Hallaw!!

Sebelumnya, ini adalah postingan pertama gue di 2015. So, happy new year! #latepost

Oke.. melanjutkan postingan sebelumnya [silakan baca jika ada waktu luang], kali ini gue masih menceritakan tentang Bokap gue yang sedang jatuh sakit. Sorry, lagi-lagi bukan kabar gembira. Tapi bukan bermaksud larut serta berbagi kesedihan, sekali lagi bukan! Gue hanya ingin bercerita saat gue menghadapi kejadian ini. Cerita kekesalan seorang anak terhadap bapaknya. Astaghfirullah. Istighfar, Man.. tujuh kali!

Kalau kamu udah baca di postingan sebelumnya, pasti tau kalau bokap gue saat ini sedang terkena stroke. Memang nggak mengenakkan untuk dibaca, terkesan memelas seperti ingin dikasihani. Mungkin apa yang dialami bokap saat ini nggak seberapa, masih banyak yang lebih parah. Tapi seperti yang gue jelaskan tadi, gue hanya ingin berbagi cerita saja. Lagipula gak ada salahnya, justru mungkin suatu saat bisa bermanfaat bagi pembaca, karena mungkin dari tulisan ini bisa belajar dari pengalaman. Syukur-syukur kalo ada yang kasihan dan berniat memberi bantuan sebesar 1 miliar, ya makasih. Kenapa gue tulis di sini, karena jelas ini blog gue, bebas mau cerita apa aja. Dan bagi gue ini adalah kejadian penting, jadi harus diabadikan (ceritanya, bukan penyakitnya).

Berawal dari akhir tahun 2014, hal ini masih berlanjut sampai sekarang. Jadi waktu tahun baru kemarin, saat yang lain merayakan dengan gembira ria, gue di rumah sakit jagain bokap. Agak iri dengan anak muda kebanyakan, tapi tak apa. Menjaganya dengan tulus dan bisa melihat beliau sehat kembali adalah kado terindah tahun baru. Karena itu, tahun ini resolusi gue gak muluk-muluk seperti tahun sebelumnya. Gue cuma ingin bisa melihat bokap gue segera sehat kembali, dan setelah beliau sehat, gue ingin mengajaknya jalan-jalan. Menikmati indahnya dunia di masa tuanya.

Kejadian ini bisa dibilang merupakan cobaan (ringan) buat gue, karena lumayan bikin repot memang. Mengingat di rumah cuma ada gue dan ibunda, jadi kita menjaga si ayah hanya berdua diri, untung nyokap orangnya tabah banget. Kakak-kakak udah pada berpencar ke luar kota masing-masing, gue sebagai anak bungsu masih tinggal di rumah bersama kedua orang tua. Menghadapi orang yang terkena stroke memang lumayan merepotkan. Kenapa gue tulis ‘menghadapi’, karena saat itu gue gak hanya menjaga, tapi juga harus melawan. Dengan cara apa? dengan bersabar. Ya, memang perlu ekstra sabar menghadapi orang yang tiba-tiba jadi pemarah. Kalau menghadapinya tidak dengan sabar, yang ada bukan bertambah sembuh malah sakitnya makin parah. Dan itu nggak hanya terjadi pada bokap gue saja, setau gue sih sebagian besar penderita penyakit semacam ini pasti mengalami fase tersebut. Dibawa enjoy aja lah. Kalau susah, ya nikmati kesusahannya. Dari situ gue kadang berpikir seandainya hati bisa dilepas sementara, mungkin bakal gue lepas dulu biar setiap kali beliau ngomel nggak bisa gue masukin ke hati. Gak hanya itu, ada lagi kekesalan yang lain, yaitu suka minta macem-macem. Kalau yang diminta nggak dapet, bakal kesel sendiri, padahal emang susah nyarinya. Soal mintanya apa aja kayaknya nggak perlu gue tulis, ngeselin sih ngeselin. Coba aja mintanya calon menantu, pasti adek cari detik itu juga Pak. Heee.

Yang jelas, seberat apapun masalah yang kita hadapi, tetap saja melihat ke bawah itu perlu, untuk mengingatkan bahwa selain kita masih banyak yang lebih susah. Dan satu lagi yang gak kalah penting, jangan diambil pusing! Karena kalau udah pusing, lalu dibikin pusing, ya malah makin pusing. Berhubung gak ada yang memberi motivasi, jadi sebisa mungkin gue harus bisa memotivasi diri sendiri. Dengan gue membuat postingan ini pun sebenarnya hanya sekedar untuk menghibur diri. Yang perlu diingat, tidak ada cobaan yang Allah berikan melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Tinggal bagaimana caranya agar kita ikhlas dan bisa menerima semua dengan lapang dada. Seperti apa kata Sheila on 7:

“Kau harus bisa, bisa berlapang dada.. Kau harus bisa, bisa ambil hikmahnya..”
Ekhm…ekhmm… Air mana air?!!

Segitu aja ya, takut Mas Duta minder. Memang benar sekali nasehat apa yang tertulis dalam lirik lagu itu, tapi gue ambil beberapa bagian saja, kalo dilanjutin bakal beda lagi maknanya.

Jadi yang harus kita lakukan adalah berlapang dada, semua peristiwa pasti ada hikmahnya. Memang agak susah untuk bisa lapang dada, gue pun awalnya merasakan itu, terlebih ketika bokap marah-marah terus. Gue sebagai anak ngerasa Raisa banget, serba salah. Bahkan saat masih awal-awal sakit, gue anggap aja beliau sedang kemasukan, karena kalo gue pikirin kenapa bokap gue marah-marah mulu padahal gue anaknya, ntar yang ada gue malah kesinggung. Jadi bukan berarti gue kurangajar, gue cuma nggak mau ambil pusing. Memang wajar bagi penderita penyakit semacam yang dialami bokap gue ini menjadi pemarah, dari apa yang pernah gue tanyakan pada seorang psikolog memang begitu, mereka akan mengalami 5 fase berikut; 1. Denial (menolak), 2. Angger (marah), 3. Bergaining (menawar), 4. Depression (depresi) - untungnya tidak terjadi pada bokap gue, atau mungkin sempat terjadi tapi gue gak sadar, yang merasakan langsung kan yang bersangkutan, dan yang terakhir, 5. Acceptance (penerimaan). Dari apa yang gue perhatikan perkembangannya sih kayaknya beliau sudah memasuki fase ke-5, udah nggak gampang marah-marah, jadi nggak gue anggap kemasukan lagi. Alhamdulillah beliau sudah mulai semangat untuk sehat, kondisinya juga mulai membaik, dan semoga terus membaik sampai bisa gue ajak balapan lari.

Dari peristiwa ini, gue mencoba untuk mengambil sisi positifnya, mungkin saat ini gue sedang menanam (kebaikan), suatu saat pasti akan gue petik hasilnya. Aamiin. Gue percaya banget, semua pasti akan indah padaaaa…. hal ya emang harus usaha dulu.


43 thoughts on “Musibah atau Berkah ?

  1. Dari peristiwa ini, gue mencoba untuk mengambil sisi positifnya, mungkin saat ini gue sedang menanam (kebaikan), suatu saat pasti akan gue petik hasilnya. Aamiin. —-> sepakat

  2. gue lbih banyak mikir ini teguran, baru kemudian ujian. banyak dosa, jadi mikirnya ini teguran. ujian untuk yang imannya sedang di tes untuk naik kelas sih hahaha

    1. iya, untuk semua kok. teguran ataupun ujian seperti ini sebenarnya juga termasuk keberuntungan, karna kita jadi ada waktu untuk bisa memperbaiki diri, justru mereka yg tak sempat diuji lebih kasian.

  3. Memang kok Firman, yang menentukan concern kita bukan cuma seberapa berat sakitnya, tapi juga sedekat apa kita dengan ybs, jadi ya baik-baik bagi tugas dengan Ibu. Semoga bisa ajak Bapak jalan-jalan.

  4. Gue percaya banget, semua pasti akan indah padaaaa…. hal ya emang harus usaha dulu. – Nice quote gan! 😀

    Semoga Allah bener-bener angkat penyakitnya ya man.

  5. Semoga bapak lekas sembuh ya. Yang sabar menghadapinya. Kadang orang tua kalau lagi sakit seperti itu, jadi kayak anak kecil lagi.
    Jadi inget almarhum papa. pas dia masuk rumah sakit juga begitu. Minta macam-macam. Ngeluh panas lah. apalagi waktu itu gak dibolehin banyak minum sama dokter, jadi berat banget. ngeliat beliau yang minta minum. hati siapa yang gak sedih coba. Tapi ya… semua itu memang terjadi karena kita diingatkan.
    Suka baca postinganmu ini. Bukan mengeluh kok. Tapi justru jadi bahan pemikiran buat kita semua. Di manapun, siapa pun. Makasih ya dah sharing.

    1. aamiin…
      iya, suka minta macem2 termasuk makanan yg dilarang. berat emang, tapi ya jalanin aja. itu semua masih ringan, gak sebanding dgn yg beliau berikan saat kita masih kecil sampai sekarang.

      1. Bener banget bro. Gak sebanding dengan apa yang telah dia berikan selama ini ke kita.
        kadang suka sedih mengingat alm papa belum bisa mendapatkan apa yang diinginkan sampai dia meninggal dunia. Tapi setidaknya saat itu kita semua sudah berusaha.

    2. sebelumnya, turut berduka cita.
      kita yg sehat memang cuma bisa berdo’a dan berusaha sebaik mungkin, soal kesembuhan sudah ada yg mengatur sendiri.

      1. Makasih ucapannya. Dah lama kok kejadiannya. 🙂
        Cuma masih bisa bersyukur aja, setidaknya masih bisa bersama dia waktu itu.

  6. Bro, semoga ayahnya cepat sembuh ya bro. Setuju sama bagian terakhir, nggak ada yg sia-sia. Ya emang harus usaha dulu buat mencapai ‘keindahan’ itu.
    Sekali lagi, semoga ayahnya cepat sembuh. Aamiin.

  7. Nice…. 🙂

    Memang selalu ada hikmah dari setiap masalah. Semangat ya, Sob. Semoga bapak semakin sehat. Yg penting sekarang sudah nggak gampang marah sehingga nggak terlalu menguras kesabaran… 😀

  8. waah semangat ya bro. bakti anak sebanyak apapun tetap gak bisa gantiin apa yang orang tua berikan. tapi jangan sampek gak berusaha buat merawat mereka. semoga lekas diberi kesembuhan Aamiin

Leave a reply to Firman Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.